BB GPS is UBER FAIL

I brought my Blackberry to provide me GPS navigation on the road. Seems like I’m wrong counting on it. Should have brought my cheaper phone.


Dillema Antara 3G dan 2G

Sekarang banyak sekali para pengguna handphone yang sudah menggantikan SMS dengan instant messaging (IM). Lihat saja contohnya Blackberry Messenger, Whatsapp, iMessage, dan masih banyak program IM lain yang dapat digunakan untuk menggantikan SMS selama internet di HP terus menyala. Berkomunikasi dengan IM memang jauh lebih murah daripada dengan SMS karena IM menggunakan data yang sangat sedikit (internet biasa ditarifkan per … Continue Reading →


Kurang Puas Dengan Blackberry

Dulu sebelum Blackberry booming di Indonesia, memilih handphone merupakan urusan kecil. Gw hanya berfokus pada Nokia atau Sony Ericson karena pada waktu itu, 2 HP inilah yang dianggap paling bagus dan terpercaya. Namun gw cenderung memilih ke Nokia karena alasan utamanya adalah OS Symbian yang stabil, cepat, dan mudah digunakan dan mudah di kustomisasi melalui banyaknya theme dan aplikasi. Gw sangat jatuh cinta dengan Symbian sampai-sampai apabila HP itu tidak menggunakan Symbian berarti gw gak akan mau pakai.

Namun segalanya sudah berubah, dengan munculnya Blackberry, hampir seluruh orang Indonesia yang gw kenal menggunakan Blackberry atau ingin membeli Blackberry. Gw pun ikut (terpaksa ikut) kedalam trend Blackberry karena gw kuliah di luar negri. Orang tua gw memerlukan suatu cara untuk menghubungi gw dengan relatif murah. Maka Blackberry adalah solusinya. Dengan sistem koneksinya yang “always on” dan fitur Blackberry Messenger, sebuah aplikasi instant messenger yang selalu aktif (selama menggunakan data plan), gw dapat dengan mudah dan murah berkomunikasi dengan mereka.

Begitu pula dengan orang-orang lain. Mereka ingin berkomunikasi dengan lebih murah. Anggaplah 1 SMS 160 karakter biayanya Rp. 350. Dengan Blackberry, anda dapat berkomunikasi sepuasnya dengan Blackberry Messenger dengan biaya Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 per bulan. Lebih murah, jauh.

Mulai kebawah, tulisan merupakan pengalaman pribadi yang sifatnya SANGAT SUBJEKTIF. Ini adalah OPINI PRIBADI dan mungkin TIDAK BERLAKU/SALAH UNTUK ANDA.

Gw dari Nokia, masih harus membiasakan diri dengan Blackberry dan sudah setahun lebih gw menggunakan Blackberry, gw masih juga tidak puas dengan HP ini. Gw mau mencari HP yang dapat memuaskan gw seperti Nokia gw dulu. Sebagai mantan pengguna Nokia, yang pertama kali gw rasakan dari Blackberry adalah boros baterai. HP ini konstan terhubungkan ke internet sehingga berimbas ke daya tahan baterai. Pada Nokia, rekor pemakaian baterai teririt gw adalah 4 hari setengah (E71), sementara pemakaian biasa berkisar antara 2 hari full atau 3 hari setengah. Pada Blackberry pertama gw (9000/Bold), baterai hanya tahan sehari atau setengah hari. Namun pada Blackberry kedua gw (9780/Onyx 2) jauh lebih baik; dapat bertahan 2 hari setengah dalam mode 2G atau 1 hari setengah dalam mode 3G.

Keluhan gw nomor 2 dari Blackberry adalah OSnya. Blackberry OS memang ditujukan untuk kalangan professional, bukan konsumer. Tidak banyak kesenangan yang bisa didapatkan pada OS ini. Kustomisasi sulit dilakukan karena pilihan aplikasi dan theme sedikit. Kalaupun ada yang gratis biasanya tidak bagus, kalaupun ada yang bagus, bayar (selera pribadi). Developer sepertinya memilih untuk membuat aplikasi/theme mereka untuk OS lain. Mau diakalin dengan bajakanpun juga bajakannya susah dicari, di forum-forum spesialis aplikasi HP kebanyakan untuk Android/Symbian. HP Nokia gw memang mungkin tidak “wah” secara default. Namun dengan aplikasi dan theme yang dapat di download, HP ini dapat memberikan gw bermacam-macam fungsi yang sangat berlimpah, begitu pula dengan Android. Bahkan Nokia N95 butut gw dapat memberikan gw turn-by-turn navigation system secara offline melalui aplikasi Garmin dibandingkan Blackberry 9780 gw yang mengandalkan segalanya online.

OS Blackberry penomorannya lumayan membingungkan menurut gw. Hal ini sangat terasa saat pertama kali gw mau menginstall Hybrid OS. Contoh dari sebuah file OS blackberry sebagai berikut:

Package Version: 6.0.0.2921
Consisting of:
Applications: 6.0.0.666
Software Platform: 6.6.0.241

Saat gw belum mengerti apa-apa, gw kebingungan mana sebenarnya versi OSnya. Untuk menginstall hybrid diperlukan sebuah base OS yang harus COCOK nomornya, dan gw gak tau sama sekali yang mana nomornya. Apakah yang harus cocok itu package version? Apakah applicationnya? Apa software platformnya? Sungguh membingungkan.

Setiap version di klaim oleh para antusias memiliki daya tahan baterai, kemampuan locking signal, tingkat responsifitas dan kelancaran, serta berbagai kelebihan dan kekurangan/bug yang berbeda. Versi terbaru belum tentu terbaik, membuat gw semakin pusing mengupdate OS. Belum lagi setiap carrier memiliki OS resmi yang berbeda-beda kecuali anda akali hingga bisa masuk ke HP anda. Pada OS gw, pilihan “Compose PIN” hilang dari menu dan akan kembali saat gw restart HP gw. Theme custom tidak ada yang berjalan dan sempat membuat rusak theme asli HP gw.

Sepertinya Blackberry OS sangat senang dengan kata “restart”. Hapus aplikasi harus restart, install aplikasi kadang terpaksa restart karena tidak berjalan (contoh Google Maps, sebelum HP gw di restart tidak mau jalan), update software restart, apa-apa restart. Bahkan HP ini harus rajin di restart supaya tetap lancar jalannya. Dan tahu berapa waktu yang dibutuhkan untuk booting HP ini? Hitungan stopwatch gw menunjukkan antara 1 menit 45 detik hingga 2 menit 50 detik. Bahkan katanya ini sudah tergolong cepat. Gw jadi teringat HP Nokia yang pernah gw pakai (N-Gage/6600/N70/E71/N95) gw bisa booting kurang dari 30 detik. Samsung Galaxy Mini gw dapat booting hanya dalam 50 detik bahkan itu tergolong lambat akibat gw install Android 2.3 non resmi, aslinya lebih cepat jauh.

Blackberry juga lambat dibanding Nokia yang pernah gw pakai atau Samsung Galaxy Mini gw. Padahal Blackberry menggunakan processor yang kurang lebih sama dengan Samsung gw (600an MHz) dan antara 2-4x lipat lebih cepat dari processor Nokia lama gw. Lambatnya HP ini sangat terasa pada saat browsing dan mengakses foto-foto yang tersimpan dalam HP dan terasa jauh semakin parah saat menginstall atau menghapus aplikasi. Saking lambatnya hingga layar Blackberry gw hang sebentar (ada gambar jam). Gw masih ingat dulu dengan Nokia gw, gw lancar-lancar saja SMSan atau melakukan hal lain sambil menginstall aplikasi. Bahkan untuk sedikit menghabiskan waktu luang dan mendapatkan kinerja dan pengalaman yang lebih baik, gw sudah juga mencoba untuk meng-update OS gw, bahkan hingga menginstall Hybrid OS pada Blackberry gw. Tidak banyak perubahan yang dapat gw rasakan. Sedikit membaik tapi tetap tidak memuaskan.

Belum lagi Blackberry tidak dapat menggunakan koneksi internet GPRS biasa, harus tersubskripsi dengan data plan spesial karena sistemnya untuk mengakses internet beda dengan HP biasa. Memang lebih aman karena data terenkripsi semua, namun gw tidak membutuhkan ini karena gw hanya “consumer”. Tanpa data plan dan/atau Blackberry Messenger, Blackberry adalah sebuah HP biasa yang tidak akan dilirik konsumen.

Ada 2 pilihan lain yang sedang booming juga di Indonesia, Android dan iPhone. Keduanya mendapatkan kesan positif dari para penggunanya, gw pun mau mencoba, siapa tahu antara kedua itu dapat memuaskan gw. Karena iPhone harganya kurang terjangkau oleh gw dan kurang dapat di kustomisasi sampai ke tahap OS (kecuali jailbreak), gw tidak memilih iPhone dan gw membeli Samsung Galaxy Mini.

Galaxy Mini adalah HP kecil yang sangat menarik, tepatnya OS Androidnya yang sangat menarik. Gw berhasil mengembalikan kenangan masa SMP-SMA gw dimana gw banyak membongkar OS dan menginstall aplikasi untuk mengcustom HP gw. Bahkan HP ini telah gw modif dengan kernel yang siap di overclock dan OS yang lebih baru dari resminya. Namun masih ada yang kurang memuaskan gw, yaitu spesifikasinya. Jeleknya HP yang berOS Android adalah terlalu banyak pilihan, jadi aplikasi bisa saja tidak kompatibel dengan HP A atau B karena spek atau OSnya tidak kompatibel. Memilih HP menjadi susah. Selain itu absennya keyboard fisik pada kebanyakan HP Android membuat mengetik dan mengerjakan beberapa pekerjaan menjadi lebih lama. Terutama tombol-tombol krusial seperti angkat dan tutup telepon, mode seleksi, dan navigasi.

Gw sungguh berharap untuk lepas dari Blackberry, sebab hanya push mail dan Blackberry Messenger yang membuat gw merasa “fine” menggunakan HP ini. Namun popularitasnya yang sangat kuat di Indonesia membuat gw terpaksa harus menggunakan HP ini juga sampai ada pergeseran trend handphone. Hampir semua orang memilih untuk menghubungi dan dihubungi melalui Blackberry Messenger sehingga seakan gw tidak memiliki pilihan lain selain ikut. Memang ada aplikasi penghubung antar beberapa HP seperti Whatsapp atau PingChat. Namun tidak semua orang punya, mau, dan bisa (buat yang gaptek) menambahkan aplikasi tersebut pada handphonenya.

Menurut gw HP killer itu adalah HP yang memiliki fitur konektivitas dan messaging seperti Blackberry, dapat di kustomisasi seperti Android atau Symbian dan memiliki reabilitas seperti Nokia Symbian. But it’s too good to be true, isn’t it? Continue Reading →


Fixed my Blackberry

Akhirnya gw memutuskan untuk membetulkan BB gw yang mati dari beberapa minggu lalu. Gejalanya adalah tidak mau nyala (layar hitam) dan lampu LED merah berkedip 4 kali. Hal ini terjadi setelah gw restart HP gw dengan cara cabut baterainya. Dugaan gw itu software nya corrupt.

Setelah di check, memang kurang lebih sepertinya benar. Gw gak menemukan artikel yang menjelaskan penyebabnya, tapi hanya solusinya.

Solusinya adalah di wipe device dan install ulang OS nya. Hmm, secara logika ini sih mirip dengan corrupt data. Kejadian ini mengingatkan gw dengan PC gw. Sewaktu mati lampu tiba-tiba tidak mau boot ke OS karena OS nya corrupt.

Setelah berjam-jam berkutak katik dengan Blackberry Desktop Manager dan file-file yang diperlukan, akhirnya Blackberry ini kembali hidup! Perjalanan tidak semulus rooting pada Android dengan SuperOneClick, tapi juga tidak sesulit seperti pertama kali menghack Symbian. Ada beberapa kesulitan yang gw alami seperti aplikasi third party yang diperlukan tidak mendukung 64 bit, ngehang saat tahap tertentu, dan device tidak terbaca.

Setelah beberapa lama memakai Galaxy Mini, pindah balik ke Blackberry jadi malas, padahal HP nya sudah benar. Biar lah gw memakai Galaxy Mini gw terus sampai akhir bulan Juni. Continue Reading →


Beberapa masalah dengan handphone touch screen

Gw adalah pengguna handphone dengan keypad konvensional secara “die hard”. Dulu, apabila sebuah handphone mau masuk kedalam kandidat handphone baru gw, kriteria yang tidak boleh absen adalah keypad, dan gw sangat anti dengan touch screen.

Namun, suatu saat gw memilih handphone touch screen (Samsung Galaxy Mini) untuk menggantikan Nokia N95 gw yang sudah uzur. Alasannya sebenarnya hanya karena ingin coba operating system Android. Uniknya, Android hanya support device yang memiliki touch screen. Apabila Google sudah menetapkan Android hanya untuk device touch screen, pasti ada suatu alasan yang kuat. Maka gw semakin penasaran.

Setelah mencoba handphone touch screen, berikut masalah atau kekurangan yang gw alami.

1. Pembiasaan

Sebenarnya bukan masalah, tapi beralih dari keypad ke touch screen perlu pembiasaan yang tidak sebentar. Terutama apabila layar sentuh yang ada cukup kecil seperti handphone gw. Gw telah melewati tahap ini sekitar 2 hari.

Jangan salah, sebenarnya dengan keypad pun perlu pembiasaan karena setiap merek handphone biasa layout keypadnya berbeda. Entah keypad 3×4 atau QWERTY, pasti ada sedikit beda antara merek. Tapi pembiasaan yang diperlukan sangat sebentar. Hanya hitungan menit atau jam.

2. Kecepatan mengetik

Berkurang. Dengan touch screen mengetik jadi lebih susah karena kemungkinan salah pencetnya jauh lebih besar. Dan setiap salah mengetik gw harus menghabiskan waktu lagi untuk menghapus tulisan yang salah.

Bahkan dengan mode 3×4 touch screen pun kecepatan mengetik gw juga masih cukup buruk sebab gw harus menunggu jeda yang ada apabila gw ingin mengetik huruf yang keypadnya bersamaan. Contoh huruf “A” dan “B” sama-sama ada di keypad angka 2. Pada handphone keypad 3×4, jeda ini bisa diakali dengan menekan tombol navigasi ke kanan, sementara pada handphone keypad QWERTY tidak ada jeda sama sekali.

3. Kondisi pengoperasian

Saat gw mengendarai motor dengan sarung tangan, menggunakan touch screen hampir tidak mungkin. Jadi tiap kali gw menepi, gw harus membuka sarung tangan gw terlebih dahulu untuk membaca SMS atau menelepon kembali orang yang miss called gw.

Terlebih gw tidak bisa lagi mengetik tanpa melihat 8) . Ini adalah sebuah skill yang gw miliki dengan handphone keypad 3×4. Dan skill ini tidak bisa lagi dipakai dengan handphone touch screen atau keypad QWERTY :(

Jari gw pun harus dalam keadaan kering atau gw akan mengotori screen gw. Pada handphone keypad gw bisa mengakali ini dengan memencet tombolnya dengan kuku gw.

4. Selection, copy, paste

Mau ke bagian tertentu pada message? Gampang, tinggal pencet daerah yang di inginkan. Namun terkadang gak segampang itu. Memilih celah diantara huruf-huruf terkadang malah jadi lebih lama karena salah pencet.

Mau melakukan selection? Sama juga jadi sedikit lebih susah. Kita harus memilih bagian awal atau akhir text yang mau di block, tekan optionnya, lalu geser sampai bagian yang diinginkan. Kadang memilih bagian akhirnya juga bisa meleset. Ini sedikit mengesalkan.

Pada beberapa handphone keypad disediakan tombol khusus untuk block text/item dan ada key shortcut untuk langsung copy dan paste.

Di sisi lain, gw suka handphone touch screen karena dia sangat interaktif. Tapi tetap kelemahan ini masih membuat gw minder menggunakan handphone touch screen. Handphone berikut gw akan tetap handphone keypad. Atau touch screen + keypad yang dilengkapi dengan navigation trackball/button. Continue Reading →


Nasib oh nasib part 2

Semuanya belum berakhir…

Kemarin Blackberry yang gw pakai rusak entah mengapa. Damn Blackberry, your build quality is a real “MASTERPIECE”. FYI, Nokia N95 gw sudah pernah jatuh beberapa kali dan basah karena kehujanan. Tapi setelah kering dia berjalan tanpa masalah hingga sekarang!

Dan room mate gw beberapa hari ini membuat bau kamar gw dengan cara kentut sambil tidur. Jeez… I’m afraid at the point I reached my limit I might kill him and sell his organs. Then I would like to feed zoo animals with the ones that I couldn’t sell. Continue Reading →


Gak ada lagi hal untuk disembunyikan

Barusan gw menghapus seluruh post pada kategori “Protected” pada blog ini.

Kategori post yang ini sebenarnya sama aja seperti kategori “Life“, yaitu blog biasa, namun yang lebih personal saja. Misalnya saja kalau gw sedang kesal, benci, kecewa, atau apapun perasaan gw yang malu gw ungkapkan ke publik, gw akan post ke kategori ini. Namun kategori ini untuk mengakses tulisannya perlu password.

Sekarang gw sadar, tidak ada lagi hal yang harus gw sembunyikan. Apa yang ada di pikiran gw dan ingin gw tulis, akan langsung gw tulis, sebab ini saatnya gw harus belajar juga untuk memilah-milah apa yang pantas gw publikasikan online, dan bertanggung jawab atas tulisan gw sendiri. Continue Reading →


Revisi pada post “Review singkat Samsung Galaxy Mini S5570”

Post yang berjudul “Review singkat Samsung Galaxy Mini S5570” yang dapat diakses di http://ivantoar.pro.mk/node/249 telah di revisi.

Apabila kalian telah membaca post yang gw sebutkan diatas, mohon dibaca ulang karena ada perubahan dan atau penambahan informasi. Continue Reading →


Review singkat Samsung Galaxy Mini S5570

Revisi pertama 21/03/2011

Gw gak akan review HP baru gw ini secara detail, tapi langsung saja ke poin-poin plus minusnya.

What I like:

  • Touch screen TFT capacitive yang responsif dan enak digunakan
  • Tersedia Bluetooth (2.1 dengan AD2P) dan Wifi (tipe 802.11 b/g/n)
  • Tersedia fitur tethering! Artinya HP ini bisa digunakan sebagai modem wifi!
  • Tersedia Akselerometer
  • A-GPS tersedia. Dengan aplikasi satellite navigation dan peta yang tepat, anda dapat menggunakan HP anda sebagai sisten navigasi GPS gratis. Salah satu fitur yang selalu gw gunakan saat gw ada di Jakarta :)
  • Prosessor 600 MHz dan RAM 256 MB sudah sangat cukup untuk browsing, GPS, musik, kamera, dan penggunaan sehari-hari.
  • Tentunya OS Android 2.2 Froyo. Kasarnya OS Android ini seperti gabungan Blackberry dan Symbian. Anda dapat menikmati koneksi always-on untuk chatting, menerima email, browsing, dan lain-lain selama anda ada pada data plan. Sementara kustomisasi yang dapat anda lakukan itu seperti Symbian. Apabila anda adalah tipe yang gemar belajar mengutak-ngatik handphone, anda dapat menyesuaikan handphone anda sesuai selera anda. Aplikasi yang tersedia juga banyak seperti Symbian.
  • Keypad saat HP tegak (portrait), bisa diatur ke keypad standar 3×4, QWERTY, ataupun handwriting recognition.
  • Data handphone anda seperti contact dan entry kalender tersinkronisasi pada account Google anda.
  • Harganya… Rp. 1.5 juta.

What is okay but could be better:

  • Screen hanya support 256K warna dan resolusi hanya 320 x 240 piksel. Rasanya kurang tajam untuk layar sebesar 3.14 inci.
  • Daya tahan baterai. Hal ini memang normal bawaan OS Android yang rakus baterai. Anda harus lebih jeli memanfaatkan baterai anda seperti menonaktifkan 3G, Wifi, GPS saat tidak diperlukan, dan masih banyak setting lain yang bisa anda lakukan apabila anda ingin menghemat baterai lebih lanjut.
  • Prosessor 600 MHz yang rada keteteran kalo main game HD. Bisa, tapi benar-benar menekan kerja HP ini sampai ke ambang batasnya. Mungkin ini menjadi masalah apabila anda gamer, untungnya gw bukan gamer hand phone jadi ini bukan masalah bagi gw.

What I dislike:

  • Kamera yang sangat dasar. Meski kamera sudah 3.1 megapixels, fitur flash dan autofokus absen
  • Alarm tidak berfungsi saat HP dimatikan :X
  • Sistem Android tidak support fitur “profil” seperti layaknya HP lama. Hanya ada mode biasa dan silent. Bisa diakalin dengan menginstall aplikasi tambahan
  • Tidak ada tombol samping untuk kamera
  • Suara speaker yang kurang kencang dan posisinya yang aneh. Speaker terletak pada bagian bawah, jadi sering kali suara tertutup oleh tangan gw.
  • Sistem Android membatasi volume nada notifications (seperti peringatan SMS, email, kalender, dsb.) yang membuat gw sering gak sadar ada SMS atau Email apabila HP gw tidak disamping gw
  • Nada dering, notification, dan alarm yang ditawarkan sangat sedikit dan jelek (ini subjektif).
  • Tidak ada kabel data dalam paket penjualan :cry:

Meski ada saja kekurangan yang membuat gw kurang senang pada HP ini, gw percaya bahwa HP ini adalah yang terbaik di kelas harga sekian. Ada barang ada harga; gw percaya segala kekurangan yang didapati pada HP ini berbanding lurus dengan harga yang ditawarkan. Apabila anda mencari HP terbaru, dengan OS Android, dengan budget kurang dari 1.8 juta, Samsung Galaxy Mini rasanya tepat jadi pilihan anda.

Saran gw tetap satu: beli handphone yang lebih mahal apabila anda punya uangnya dan mau fiturnya. Continue Reading →


Wifi router dan Android

Yang gw suka dari set up internet gw dulu itu karena koneksi gw menggunakan direct access dari cable modem tanpa menggunakan router.

Namun hari ini, bokap gw membelikan kita sebuah router supaya koneksi rumah menjadi wifi. Tentu gak masalah, wifi bukanlah hal yang buruk. Sekarang laptop dirumah menjadi sedikit lebih berguna karena ada wifi. Pretty much it is good news isn’t it?

Masalahnya ada di settingan routernya sendiri. Gw sering hosting game server dan gw takut dengan dipasangnya router, para klien gw gak bisa connect. Masalah ini sudah gw atasi dengan belajar port forwarding dengan router apartemen gw di Singapore. Tapi ada satu step yang gak bisa dilakukan pada PC gw, yaitu membuat static IP.

Static IP gak bisa di set di komputer gw. Gw hanya bisa berharap kalo komputer ini gak akan ganti-ganti IP setiap kali dia connect ke internet, jadi settingan forward gw gak harus berubah terus.

Anyway, 2 hari yang lalu gw juga mendapat hand phone baru untuk menggantikan si Nokia N95, yaitu Samsung Galaxy Mini. Hand phone ini menggunakan sistem operasi Android versi 2.2 Froyo dan dibekali prosessor 600 Mhz dan 279 MB RAM.

Hand phone ini memang sangat menyenangkan karena OS Android itu mengingatkan gw pada jaman kejayaan sistem operasi Symbian. Gw ingat betapa antusiasnya gw dulu ketika gw baru belajar Symbian, mengenal cara kerja sistemnya, dan cara kerja aplikasinya. Android kurang lebih menawarkan hal yang sama, kustomisasi sampai ke akar-akarnya!

Namun ada hal yang gw sayangkan dari hand phone baru gw ini. Bukan dari cara pakainya, melainkan hardwarenya. Bawaan OS Android itu boros pemakaian baterai dan kamera yang ditawarkan pada HP ini sangat minimal (no focus, no flash). Padahal itu adalah fitur andalan Nokia N95 gw dan karena fitur itu gw sangat susah melepas Nokia N95 gw.

Bisa dibilang gw sedikit menyesal karena sudah menggantikan N95 gw dengan HP ini. Kualitas kamera dan daya tahan baterai N95 ini masih sangat susah gw lepaskan. Continue Reading →