Kepada Para Pengemudi Sepeda Motor

Sebelum Perjalanan Periksa motor anda sebelum pergi. Mulai dari tekanan kedua ban, rem, isi tangki bensin, rantai, lampu depan, lampu belakang, lampu sein, dan klakson. Gw sering mendapati motor-motor dengan lampu belakang yang mati atau klakson impoten yang suaranya seperti bebek dicekek. Panaskan mesin paling tidak 2 menit agar mesin terlumasi dengan baik. Jangan lupa gunakan safety gear. Gw pun … Continue Reading →


Kehilangan Motor Yamaha Vixion B3373BCG

Hari ini teman gw, bro Kurni kehilangan motornya, sebuah Yamaha Vixion 2010 berplat B3373BCG di daerah Gading Serpong Ruko Newton. Motor bro Kurni berwarna Black Gold dan di modif fairing. Turut berduka atas hilangnya motor ini. Selain benda ini bernilai uang yang tidak sedikit, kenangannya juga banyak dan mengingatkan gw atas masa-masa liburan SMA gw. Apabila ada yang melihat motor … Continue Reading →


Just Some Two Strokes…

Mungkin ini salah satunya mengapa sampai sekarang pencinta kendaraan bermesin 2 tak masih tetap ada. Gw akui bahwa lengkingan garing dari 2 tak beda sensasinya dan tidak bisa dikalahkan mesin 4 tak.

Bahkan mobil ada juga…

Gw sendiri bukan pencinta 2 tak, hanya suka dengar suaranya saja. Continue Reading →


Top Speed dan Karakter Mesin New Scorpio Z

Gw berhasil mendapatkan top speed 120 km/h versi speedometer New Scorpio Z dengan kondisi motor full standar, bensin full tank premium, tekanan ban depan 28 psi dan tekanan ban belakang 33 psi. Motor ini masih tergolong baru, kilometer baru 1300an dengan oli Yamalube. Perpindahan gigi dilakukan setiap 10.000 RPM dan bobot rider 57 kg.

Menurut gw motor ini top speednya tidak begitu memuaskan, namun waktu yang dibutuhkan untuk meraih kecepatan ini bisa tergolong cepat. Mesin New Scorpio Z terasa responsif pada RPM awal dan tarikan paling terasa padat pada 6000-8000 RPM. Diatas 8000 RPM, tenaga mesin terasa tercekik dan tarikan sudah berasa loss.

Oper gigi tidak benar-benar dipanteng pada redline/limiter, hanya mendekati (sekitar 8000-10000 RPM), gw berhasil mendapatkan kecepatan sebagai berikut pada tiap gear:
Gear 1: 40 km/h
Gear 2 : 60 km/h
Gear 3: 90 km/h
Gear 4: 120 km/h
Gear 5: 120 km/h

Gw dari gear 4 mengoper ke gear 5 pada 10.000 RPM dan sungguh disayangkan kecepatan tidak dapat bertambah lagi, mentok pada 120 km/h pada 9000 RPM.


Ilustrasi

Mungkin untuk mensiasati soaknya tenaga pada putaran akhir gw harus mengganti ke gear yang lebih berat pada gear awal, sehingga disaat tenaga mesin masih joss harus diberikan beban lebih jadi top speed bisa terkatrol naik.

Getaran yang berlebihan sungguh membuat motor ini tidak nyaman pada RPM tinggi. Sedikit tambahan: konsumsi bensin 1:22 (apabila hitungan gw benar). Continue Reading →


Tarikan motor lemot dan boros bensin? Periksa tekanan angin ban!

Apabila motor anda mengalami hal seperti diatas, padahal belum waktunya harus ganti oli, servis, dan segala tetek bengeknya, coba periksa tekanan angin ban anda.

Hal ini sepele tapi mengakibatkan gejala seperti yang gw sebutkan di judul post. Waktu gw masih belum mengerti apa-apa tentang motor, sering gw mengalami kejadian dimana suatu ketika motor gw, si BEBIE (Jupiter MX) terasa larinya enteng sekali tapi besok-besoknya jadi bolot entah mengapa dan konsumsi BBM jadi lebih boros, padahal gaya bawa gw sama saja (hitungan 1:3 8) .

Setelah diusut-usut, ternyata cuman masalah ban depan yang kurang angin. Maklum, waktu motor sebelum diduduki memang tidak kelihatan kempis sama sekali, namun saat gw duduki baru terlihat kurang tekanan anginnya. Itu pun gw baru tahu karena supir gw kebetulan melihat gw dan bilang kalau ban depan sedikit kurang angin.

Setelah angin di isi, lari motor juga jadi normal, konsumsi BBM juga jadi normal kembali (1:40).

Selain itu, jangan sepelekan tutup pentil ban (tire valve cap). Sebab apabila tutup pentil ban gak ada (seperti pada motor gw), tekanan angin pada ban cepat sekali berkurangnya. Hal ini juga sudah gw rasakan, sebab si BEBIE tutup pentil bannya yang bagian depan hilang. Akibatnya, setiap minggu pasti ban depan gw tekanan anginnya berkurang lebih banyak daripada ban belakang. Dulunya, sebelum tutup pentil ban BEBIE hilang, gw bisa berminggu-minggu tidak isi angin.

Tekanan yang direkomendasikan umumnya 27-29 Psi untuk ban depan dan 31-33 Psi untuk ban belakang. Tekanan angin jangan dibawah rekomendasi karena tarikan akan lemot, boros bensin serta ban akan cepat rusak. Atau juga jangan diatas rekomendasi karena grip ke jalan akan hilang, tarikan berkurang, serta juga boros ban. Continue Reading →


Cara setel putaran langsam/stasioner New Scorpio Z

Beberapa kali si Mr. Sting mesinnya mati sendiri setiap gw rem sampai berhenti. Awalnya gw kira kalau gw telat menekan kopling saat mau berhenti, tapi kejadian ini terjadi beberapa kali sampai akhirnya gw sadar bahwa mesin mati itu bukan disebabkan karena gw telat menekan kopling, melainkan setelan putaran mesin stasioner/langsam gw yang dibawah standar (kurang dari 1000 RPM).

Karena gw malas ke bengkel, malamnya langsung gw setel sendiri. Anjuran user manual yaitu memanaskan mesin selama beberapa menit terlebih dahulu, kemudian menyetel pilot screw terlebih dahulu sebelum menyetel putaran langsam/stasioner mesin.

Cara menyetel pilot jet dan langsam dapat dibaca pada gambar dibawah ini. Apabila kurang jelas, bisa di klik untuk dilihat ukuran aslinya.

Namun saat gw menyetel putaran langsam Mr. Sting, gw lewatkan tahap pertama karena Mr. Sting baru di servis pagi tadi, jadi seharusnya pilot screw sudah disetel secara standar oleh mekanik bengkel resmi Yamaha. Cuman setelan langsamnya saja yang gw tidak puas.

Apabila anda sulit menemukan bagian yang ada di gambar, gw berikan fotonya dibawah ini.

Yang gw lingkari merah itu cukup diputar sesuai anjuran manual, yaitu 1350 ~ 1450 RPM. Putar ke kanan untuk mengecilkan dan ke kiri untuk memperbesar. Yang berupa seperti batang hitam itu adalah kickstarter/engkol, jadi gambar ini dari posisi sebelah kanan motor. Continue Reading →


Welcome home Mr. Sting

Setelah beberapa bulan putus hubungan dengan si ReNi (Red Ninja), gw mulai dekat lagi dengan BEBIE (Jupiter MX gw, platnya B xxxx BIE). Baru kita mulai akrab, taunya bokap gw sangat-sangat berbaik hati menawarkan gw motor baru karena temannya ada yang mau menjual motornya.

Tawaran ini gak bisa gw tolak karena tawaran bokap pas kena di hati, gw terima dengan senang hati. Selang beberapa hari, diambil lah motor baru yang bokap gw tawarkan dari Cibubur.

Dia adalah sebuah New Scorpio Z kelahiran 2010 akhir.

Karena namanya berarti kalajengking dan bodinya macho, gw berikan dia nama Mr. Sting.

Sebuah kisah lucu dibalik pembelian Mr. Sting adalah bokap gw sembunyi-sembunyi saat belinya, takut kena omel oleh nyokap gw. Dia suruh gw diam-diam. Jadi ya sampai motor ini ada di rumah, gw masih diam ke nyokap gw.

Gak taunya, tiba-tiba bokap tanya “Van, kamu udah kasih tahu mama papa beliin kamu motor?”, gw jawab “belum” dengan santainya. Spontan kena omel sedikit dan dinasehati, katanya gw gak terbuka sama orang tua gw. Gw benar-benar kagak tahu kalau permainan sembunyi-sembunyi kita berakhir sampai motornya datang.

Oke lah, lain kali harus lebih terbuka dan konfirmasi ke orang tua kalau ada apa-apa, sedikit pelajaran buat gw. Thank you dad. Continue Reading →


Satria FU150 review

Bebek fenomenal di Indonesia ini akhirnya sempat gw review juga. Didukung kesempatan test ride selama sekitar 1 atau 2 jam membuat gw bisa juga menulis review atas sang “hyper underbone”.

Impresi fisik sih itu opini pribadi. Gw sendiri sudah sering lihat motor ini dari versi lawasnya (batok lama) sampai faceliftnya (batok baru) dan jujur saja gw gak suka modelnya. Memang modelnya sporty dan terkesan agresif, tapi terlalu kecil menurut gw. Maklum, badan gw boleh kecil, tapi seleranya motor yang “gedean” dikit. Mungkin Satria FU150 ini kalau lebih besar dimensinya tapi tetap dengan design yang sama akan lebih mantap dan kekar.

Segi fungsionalitas memang kurang, gak ada bagasinya. Lebih parah dari Jupiter MX. Buka jok, isinya murni hanya tanki bensin dan aki, tidak ada tempat disediakan untuk menaruh barang. Satria FU150 pinjaman gw sih ada diselipkan kain kecil dan tipis tapi tempatnya pun tak layak, ya sudah lah oke masih bisa asal bisa masuk.

Stang motor lebih rendah daripada bebek biasa. Mirip-mirip dengan Kawasaki Athlete, kalo gak biasa akan terasa berat dan pegal. Gw sendiri sudah terbiasa dengan motor sport atau motor ber-stang rendah lainnya, jadi tidak berasa pegal (mungkin pada pemakaian jarak sangat jauh akan mulai berasa yah…). Rasan nyaman ini tetap didapatkan sebab meski stangnya rendah, bobot motor sangat ringan (95 kg berat kosong) dan koplingnya empuk sekali. Untuk membelah kemacetan terasa enak, thanks to the combination of low weight and soft clutch!

Buat yang badannya bongsor entah kesamping atau keatas, be aware. Selain motor ini kecil dan gak proporsional buat kalian, joknya juga imut jadi yang pantatnya gede bakal gak nyaman. Boncengan juga seharusnya gak gitu nyaman soalnya joknya tipis. Soal boncengan gw gak gitu yakin soalnya gw belom tes boncengan.

Handling terasa oke, mudah dikendalikan. Suspensi monoshock bikin cornering terasa enak. Cuman masalahnya ngeri aja ngebut pake motor sekecil ini, berasa takut dihajar angin dan oleng. Tapi sejauh ini para pengguna FU gak banyak komplain kok, kalau speed freak ya mau gimana juga dihajar. Mungkin ini masalah nyali aja. Gw pernah adu drag pake motor ini sih beberapa kali, dengan posisi nunduk di jalan lurus tanpa belok sih sekitar kecepatan 100 km/h masih gak ada masalah. Gw belum tahu gimana rasanya manuver di kecepatan tinggi dengan motor ini.

Larinya gak usah diragukan! Mesin DOHC bertenaga 11.7 kw dipasangkan untuk sebuah motor bebek berbobot sekitar 98.92 kg (berat kosong 95 kg + berat bensin 4.9 liter 3.92). Itu udah dijamin ngacir. Dibandingkan Vixion, CS1, dan Tormax secara power saja sudah menang, ditambah power to weight ratio juga paling baik dibandingkan 3 motor tersebut. Komparasi dengan 150cc lainnya? Ninja 150 memang mungkin akan mempecundangi motor ini, tapi itu tidak adil karena dia 2 tak, bukan lawannya. CBR150? Power memang secara kertas menang tapi rentang harga terlalu jauh, tidak sebanding juga. Mega Pro? Byson? Sepertinya selama masih standar tidak bisa melawan FU.

Meski tenaganya besar penyalurannya mulus. Menurut gw motor ini dibawanya lebih halus dibanding Vixion atau Jupiter MX. Sentakan kedua motor tersebut Yamaha tersebut memang dahsyat. Keluhan gw hanya ada pada puteran bawah yang brebet. Dibawah 5000 RPM seperti tidak ada tenaga, namun diatas 5000 RPM, terutama 6500 RPM keatas mulai berasa ganasnya. Hmm, karakter motor sport! Galak d putaran atas. Dengar-dengar brebet pada putaran bawah disebabkan oleh pilot jet standar yang kekecilan, sehingga mengakibatkan pasokan bensin putaran bawah tercekik dan rawan overheat. Solusinya adalah mengganti dengan 1 atau 2 step pilot jet yang lebih tinggi.

Dashboard motor ini menjadi salah satu nilai plus dalam mata gw. Tachometer masih analog sementara speedometer, odometer dan indikator bensin sudah digital. Lampunya berwarna kuning, cantik sekali. Gw adalah fans berat dari dashboard Suzuki Satria dari pertama kali gw lihat motor ini.

Pada dashboard motor, terdapat tombol mode. Tombol ini berfungsi sebagai pengingat untuk pindah gigi. Pada mode ECO, lampu indikator ganti gigi akan menyala pada RPM 4500. Pada mode PWR, lampu indikator ganti gigi akan menyala pada RPM 8500. Tombol tersebut hanya menyalakan indikator ganti gigi dan tidak ada fungsi lainnya. Padahal kan keren juga tuh kalo mapping CDI atau tenaga bisa berubah sesuai mode ;) Mimpi lah yaw motor bebek punya fitur yang gw sebutkan itu. Setahu gw, fitur itu hanya terdapat pada motor dan mobil kelas premium.

Gw mencoba shifting up setiap RPM 5000 dan perolehan kecepatan gw per perseneling sebagai berikut:

Gigi 1: 20 km/h
Gigi 2: 28 km/h
Gigi 3: 37 km/h
Gigi 4: 46 km/h
Gigi 5: 55 km/h
Gigi 6: 64 km/h

Pembacaan speedometer digital memudahkan untuk melihat kecepatan per gigi.

Kalau diperhatikan dari speed yang diraih, bisa disimpulkan bahwa transmisinya rapat-rapat. Sebagai perbandingan, Jupiter MX 4 speed secara hitungan kasar dapat mencapai 70 km/h pada top gear di RPM yang sama. Gw berani jamin deh ganti gigi di RPM 5000 itu rasanya nanggung banget.

Bicara soal tenaga besar, biasa ada imbas di hal lain, yaitu konsumsi bensin. Gw kurang tahu berapa konsumsi bensinnya, yang pasti memang lebih boros dari motor bebek biasa. Gw perkirakan konsumsi bensin sekitar 1:33 – 1:38 tergantung cara bawa, iklim, settingan, dan kondisi motornya sendiri. Karena cukup boros ini motor ini dibekali tanki bensin sebesar 4.9 liter (seandainya bisa lebih banyak).

Soal rem rasanya gak ada keluhan, double disc brake berasa oke buat meredam larinya motor ini, cuman yang meragukan itu bannya. Pernah sih gw tes emergency braking dalam kecepatan sekitar 80an km/h gw betot rem depan dan rem belakang sekaligus turun perseneling, hasilnya ada ngesot sedikit tapi belum oleng. Tapi itu kan memang gw ngeremnya keterlaluan, jadi persoalan apakah ban standar mampu mengakomodir kecepatan motor ini atau tidak, gw belum yakin atas jawabannya.

Apabila ada motor dengan design lain tapi menggunakan mesin Satria FU150, gw akan sangat antusias mencobanya. *lirik si legenda Suzuki FXR150 yang disuntik mati sebelum berjaya*. Why Suzuki, why? Continue Reading →


Sebuah momen dengan Satria FU150

Tanggal 16 kemarin gw dan Jo berangkat jam 7 pagi ke dealer Suzuki di Kosambi untuk mengambil motor adiknya si Jo yang habis di perbaiki akibat kecelakaan. Kita bertemu di mantan sekolah kita lalu gw dibonceng si Vixion 165 si Jo ke Kosambi sementara si BEBIE gw tinggalkan di parkiran sekolah.

Kami gak tahu lokasi pasti dealernya, jadi kami putuskan untuk jalan saja ke Kosambi lalu tanya-tanya arah di daerah sana. Untungnya lokasi dealernya mudah dicari dan jalannya tidak banyak belok-belok, jadi kami tidak kesulitan menghafal jalan pulang. Maklum kita anak nyasar (belum pernah kesana). Sampai disana, kita melihat kondisi motornya dan kita tes. Karena sudah oke, kita bayar dan kita langsung cabut ke Kebon Jeruk 3 untuk mencari barang titipan adik si Jo.

Ke BonJer, gw yang mengendarai Satria FU150 milik adik si Jo. Motor ini ternyata nyaman juga dipakai untuk jalan sehari-hari. Stang nya memang lebih pendek dibanding motor bebek biasa, tapi tidak masalah karena bobotnya yang ringan dan koplingnya itu sangat empuk, tidak sekeras Vixion Jo yang telah dipasang kopling dan per kopling racing, Tiger, atau Ninja 250 R. Tenaganya pun juga enak, gak perlu betot gas dalam-dalam buat melaju cepat. Keluhan yang gw rasakan jeleknya tenaga di putaran bawah akibat pilot jet masih standar (brebet) serta bodinya yang kecil bikin ngeri ngebut-ngebut. Sisanya gw review di post berikut :)

Sampai BonJer, kita mencari barang titipan. Sebuah knalpot R9 New Mugello, stang jepit, klakson dengan suara besar, dan spakbor depan (yang lama hancur).

Kita kontek adik si Jo untuk make sure semua yang mau dibeli, sebab stang terlihat masih bagus, klakson tidak bisa dipasang karena tidak ada tempat untuk memasangnya (bodi Satria sangat kecil), dan spakbor sudah diberikan dengan harga murah oleh orang Suzuki. Akhirnya, yang terbeli hanya knalpot R9 New Mugello.

Gw mengambil beberapa gambar knalpot ini dan saat pemasangannya, namun setelah knalpot dipasang gw sampai lupa untuk mengambil foto sang Satria FU150 yang telah dipasangkan knalpot ini saking terkesimanya dengan suaranya yang ngebass bulat, tidak terlalu kencang, tidak terlalu pelan. Langsung pingin coba di test ride rasanya. Secara instan gw dan Jo jadi kepingin knalpot ini.

Gw tes di jalan pulang. Putaran bawah memang gak begitu terasa, tapi tetap ada perbaikan sedikit (efek placebo?), namun di putaran atas terasa lebih enak larinya. Oke punya pokoknya.

Sebenarnya gw juga rekam videonya yang ada suara knalpot ini, sayang kamera Blackberry Bold gw hasil rekamannya jelek. Suaranya jadi terdengar biasa saja, jadi gw gak mau upload. Continue Reading →


Upgrade performa BEBIE dan BLACKY

ReNi dijual, BEBIE mendapat perhatian ekstra. Nama BEBIE memang mungkin asing karena gak pernah gw sebutkan di blog ini. BEBIE adalah Jupiter MX 2005 gw, namanya diambil karena plat nomornya B xxxx BIE, yowis gw panggil BEBIE aja.

Gw menyempatkan diri (memang kurang kerjaan) pergi ke Kebon Jeruk 3 untuk membeli performance part untuk BEBIE yang sifatnya plug and play, maklum lagi gak mau repot. Yang gw beli beberapa hari lalu adalah Koil Yamaha YZ125 dan busi NGK Iridium (Denso Iridium gw mati, saatnya cobain NGK). Semuanya bermain di sektor pengapian.

Pulang dari BonJer 3, gw langsung ke bengkel memasang 2 barang yang baru gw beli serta per kopling racing kompetisi yang sudah 3 bulang nganggur.

Hasilnya tarikan lebih enak sedikiiiit doang dari biasanya. Mungkin itu pengaruh koil dan busi yang lebih bagus dari standarnya, sementara oper gigi jadi rada keras dan slip kopling seperti terminimalisir soalnya begitu oper gigi langsung “lompat”. Cukup memuaskan, tapi masih kurang.

Selain BEBIE, BLACKY juga mendapatkan koil YZ125. BLACKY adalah Supra X 125R milik teman gw yang biasa dipanggil Ujang (orang sama motor sama aja itemnya, haha). Yang lucu adalah saat Ujang mau ke bengkel resmi Honda, para mekanik menolak pemasangan koil karena mereknya Yamaha. Buat yang gak tau, koil itu biasanya bersifat universal, apalagi YZ125, sudah terbukti bisa dipakai di motor-motor road race sekelas bebek sampai bahkan Ninja RR.

Nah mekanik ini seperti gak mau usaha, kabel kurang panjang lah, mereknya Yamaha lah, dan sebagainya. Akhirnya Ujang sampai “panas” dan mencari bengkel non-resmi lainnya. Anehnya, waktu kita berjalan mencari bengkel terdekat, ada satu deretan jalan penuh dengan bengkel, tapi dia lewati dan dia memilih satu bengkel di tengah. Apa alasannya? Berikut jawabannya:

Gw milih sini soalnya ada tulisan Yamaha nya. Kapok lah gw ke Honda. Nyesel bener gw gak dengerin lu, Hendrik, Kurni waktu mau ganti motor. Ntar kapan-kapan gw beli Yamaha aja, tapi kalo cc kecil ya, kalo cc gede tetep mau Honda soalnya IRIT

Ini yang bikin ketawa… Ternyata mindset IRIT pada Honda memang masih melekat dimana-mana. Bravo buat image irit Honda yang begitu kuat meski Yamaha sudah iklan mati-matian “Iritnya paling cuman beda sesendok teh tapi masih dibanggakan”.

Untuk berikutnya, mungkin prioritas utama untuk BEBIE adalah untuk membenahi urusan body yang terbengkalai. Harus gw lakukan press full body, ganti shockbreaker belakang karena sudah mati, lalu baru performance oriented upgrade lagi seperti ganti bak kopling dengan manual clutch, CDI, atau port and polish (termasuk papas dan ganti seal klep). Continue Reading →