BB GPS is UBER FAIL

I brought my Blackberry to provide me GPS navigation on the road. Seems like I’m wrong counting on it. Should have brought my cheaper phone.


Dillema Antara 3G dan 2G

Sekarang banyak sekali para pengguna handphone yang sudah menggantikan SMS dengan instant messaging (IM). Lihat saja contohnya Blackberry Messenger, Whatsapp, iMessage, dan masih banyak program IM lain yang dapat digunakan untuk menggantikan SMS selama internet di HP terus menyala. Berkomunikasi dengan IM memang jauh lebih murah daripada dengan SMS karena IM menggunakan data yang sangat sedikit (internet biasa ditarifkan per … Continue Reading →


Review AKG Q701

AKG Q701 adalah salah satu headphone flagship dari AKG yang menrupakan penyempurnaan atau penyegaran dari AKG K701/2. Headphone ini dikategorikan dalam Quincy Jones line. AKG berkolaborasi dengan Quincy Jones dalam memproduksi headphone ini. Quincy Jones adalah seorang produser musik legendaris yang mendapatkan sejauh ini mendapatkan 79 nominasi Grammy Award dan memenangkan 27 Grammy Award.


Sisi kanan AKG Q701

Headphone ini gw beli dari sebuah seller di Amazon seharga US$270. Pada saat gw beli, ada seller yang menjualnya di rentang harga $230-250, namun seller tersebut masih baru dan belum memiliki reputasi. Sedangkan sisanya mengharuskan gw untuk memiliki account prime, jadi gw mengambil seller reputasinya bagus namun tanpa harus memiliki account prime.

Sejauh ini, headphone ini sudah gw burn-in selama 130 jam dengan pink noise, film, game, dan musik.

AKG Q701 adalah sebuah semi-open fullsize/circumaural headphone. Headphone dengan design semi-open memiliki kelebihan dalam keakuratan reproduksi suara serta soundstage/imaging yang lebih luas, namun isolasi suara menjadi korban. Sementara fullsize/circumaural berarti bahwa earcup headphone ini akan menutupi seluruh kuping anda.

Saat kondisi masih baru, headband headphone ini terasa ketat dan menekan kepala sehingga kurang nyaman dan dapat membuat kepala gw sakit dalam jangka pemakaian yang lama. Namun seiring pemakaian, headband akan melonggar dan terasa nyaman. Gw secara percaya diri dapat mengatakan selamat tinggal pada sakit kepala yang disebabkan oleh headband.

AKG Q701 adalah sebuah headphone yang berkarakter suara netral, akurat, dan sangat detail. Kebanyakan orang awam/casual listener akan memilih headphone yang berkarakter suara menyenangkan (bass dan treble yang kuat) dan AKG Q701 bukanlah headphone yang berkarakter seperti itu. Pertama kali anda mendengarkan suara headphone ini kemungkinan besar anda tidak akan terkagum-kagum, jadi antara anda akan jatuh cinta oleh karakter suaranya, atau anda akan membencinya. You have been warned.

Saat pertama kali gw mendengarkan koleksi lagu gw dengan headphone ini, gw sangat kaget karena lagu gw benar-benar terdengar tidak bernyawa. Suaranya sangat netral dan kurang greget/kurang tendangan. Gw sempat kecewa dengan suaranya dan hampir berpikir bahwa gw membeli headphone yang salah. Tetapi kenyataannya tidak, gw pada akhirnya jatuh cinta dengan suaranya. Saat headphone ini terpakai selama 25 jam, tendangan bass yang hilang mulai muncul dan musik gw terdengar lebih hidup dibanding saat pertama kali headphone ini gw pakai.

Seperti yang gw bilang, AKG Q701 adalah headphone yang sangat detail. Dengan headphone ini, gw bisa mendengarkan detail-detail yang sebelumnya tidak pernah gw dengar pada musik gw. Gitar bass yang biasanya samar-samar menjadi keluar dan terdengar lebih jelas. Gitar listrik semakin jelas iramanya dan terasa lebih hidup, cymbal dan hi-hat terdengar nyaring dan garing serta vokal serasa lebih berani pada beberapa lagu. Soundstage/imaging pada headphone ini terdengar luas, seakan-akan anda berada di ruangan dimana musisi sedang memainkan musiknya. Semua ini akibat dari respons frekuensi mid-range dan high-range nya yang bagus.

Karena karakternya yang detail, musik yang kualitas suaranya dan masteringnya bagus akan terdengar semakin bagus sementara musik yang kualitas dan masteringnya buruk akan terdengar semakin buruk karena kecacatan produksinya akan terkorek oleh headphone ini. Gw memiliki beberapa lagu yang dulunya terdengar lumayan namun sekarang jadi terdengar buruk karena headphone ini.

Tiada produk tanpa kekurangan, gw akui kekurangan pada headphone ini adalah bass nya yang terasa kurang energetik dan kurang pukulan. Tapi, apabila yang anda dengarkan adalah musik Rock, Metal, Pop, atau Jazz, dimana bass yang menendang tidak begitu diperlukan, headphone ini akan cocok untuk anda. Namun untuk penggemar Hip-Hop atau musik elektronik, anda mungkin harus mencari pilihan lain.


AKG Q701 bersama Fiio E10 DAC+headphone amplifier

Headphone ini juga memerlukan headphone amplifier sehingga apabila anda hanya mencolok headphone ini langsung pada laptop, iPod, HP, atau soundcard onboard anda, anda mungkin akan kecewa karena suaranya yang terdengar lemah.

8/4/2012: Gw sedang dalam proses mengumpulkan uang untuk membeli amplifier yang lebih powerful. Apabila ada perubahan karakter suara akan gw post. Continue Reading →


Kurang Puas Dengan Blackberry

Dulu sebelum Blackberry booming di Indonesia, memilih handphone merupakan urusan kecil. Gw hanya berfokus pada Nokia atau Sony Ericson karena pada waktu itu, 2 HP inilah yang dianggap paling bagus dan terpercaya. Namun gw cenderung memilih ke Nokia karena alasan utamanya adalah OS Symbian yang stabil, cepat, dan mudah digunakan dan mudah di kustomisasi melalui banyaknya theme dan aplikasi. Gw sangat jatuh cinta dengan Symbian sampai-sampai apabila HP itu tidak menggunakan Symbian berarti gw gak akan mau pakai.

Namun segalanya sudah berubah, dengan munculnya Blackberry, hampir seluruh orang Indonesia yang gw kenal menggunakan Blackberry atau ingin membeli Blackberry. Gw pun ikut (terpaksa ikut) kedalam trend Blackberry karena gw kuliah di luar negri. Orang tua gw memerlukan suatu cara untuk menghubungi gw dengan relatif murah. Maka Blackberry adalah solusinya. Dengan sistem koneksinya yang “always on” dan fitur Blackberry Messenger, sebuah aplikasi instant messenger yang selalu aktif (selama menggunakan data plan), gw dapat dengan mudah dan murah berkomunikasi dengan mereka.

Begitu pula dengan orang-orang lain. Mereka ingin berkomunikasi dengan lebih murah. Anggaplah 1 SMS 160 karakter biayanya Rp. 350. Dengan Blackberry, anda dapat berkomunikasi sepuasnya dengan Blackberry Messenger dengan biaya Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 per bulan. Lebih murah, jauh.

Mulai kebawah, tulisan merupakan pengalaman pribadi yang sifatnya SANGAT SUBJEKTIF. Ini adalah OPINI PRIBADI dan mungkin TIDAK BERLAKU/SALAH UNTUK ANDA.

Gw dari Nokia, masih harus membiasakan diri dengan Blackberry dan sudah setahun lebih gw menggunakan Blackberry, gw masih juga tidak puas dengan HP ini. Gw mau mencari HP yang dapat memuaskan gw seperti Nokia gw dulu. Sebagai mantan pengguna Nokia, yang pertama kali gw rasakan dari Blackberry adalah boros baterai. HP ini konstan terhubungkan ke internet sehingga berimbas ke daya tahan baterai. Pada Nokia, rekor pemakaian baterai teririt gw adalah 4 hari setengah (E71), sementara pemakaian biasa berkisar antara 2 hari full atau 3 hari setengah. Pada Blackberry pertama gw (9000/Bold), baterai hanya tahan sehari atau setengah hari. Namun pada Blackberry kedua gw (9780/Onyx 2) jauh lebih baik; dapat bertahan 2 hari setengah dalam mode 2G atau 1 hari setengah dalam mode 3G.

Keluhan gw nomor 2 dari Blackberry adalah OSnya. Blackberry OS memang ditujukan untuk kalangan professional, bukan konsumer. Tidak banyak kesenangan yang bisa didapatkan pada OS ini. Kustomisasi sulit dilakukan karena pilihan aplikasi dan theme sedikit. Kalaupun ada yang gratis biasanya tidak bagus, kalaupun ada yang bagus, bayar (selera pribadi). Developer sepertinya memilih untuk membuat aplikasi/theme mereka untuk OS lain. Mau diakalin dengan bajakanpun juga bajakannya susah dicari, di forum-forum spesialis aplikasi HP kebanyakan untuk Android/Symbian. HP Nokia gw memang mungkin tidak “wah” secara default. Namun dengan aplikasi dan theme yang dapat di download, HP ini dapat memberikan gw bermacam-macam fungsi yang sangat berlimpah, begitu pula dengan Android. Bahkan Nokia N95 butut gw dapat memberikan gw turn-by-turn navigation system secara offline melalui aplikasi Garmin dibandingkan Blackberry 9780 gw yang mengandalkan segalanya online.

OS Blackberry penomorannya lumayan membingungkan menurut gw. Hal ini sangat terasa saat pertama kali gw mau menginstall Hybrid OS. Contoh dari sebuah file OS blackberry sebagai berikut:

Package Version: 6.0.0.2921
Consisting of:
Applications: 6.0.0.666
Software Platform: 6.6.0.241

Saat gw belum mengerti apa-apa, gw kebingungan mana sebenarnya versi OSnya. Untuk menginstall hybrid diperlukan sebuah base OS yang harus COCOK nomornya, dan gw gak tau sama sekali yang mana nomornya. Apakah yang harus cocok itu package version? Apakah applicationnya? Apa software platformnya? Sungguh membingungkan.

Setiap version di klaim oleh para antusias memiliki daya tahan baterai, kemampuan locking signal, tingkat responsifitas dan kelancaran, serta berbagai kelebihan dan kekurangan/bug yang berbeda. Versi terbaru belum tentu terbaik, membuat gw semakin pusing mengupdate OS. Belum lagi setiap carrier memiliki OS resmi yang berbeda-beda kecuali anda akali hingga bisa masuk ke HP anda. Pada OS gw, pilihan “Compose PIN” hilang dari menu dan akan kembali saat gw restart HP gw. Theme custom tidak ada yang berjalan dan sempat membuat rusak theme asli HP gw.

Sepertinya Blackberry OS sangat senang dengan kata “restart”. Hapus aplikasi harus restart, install aplikasi kadang terpaksa restart karena tidak berjalan (contoh Google Maps, sebelum HP gw di restart tidak mau jalan), update software restart, apa-apa restart. Bahkan HP ini harus rajin di restart supaya tetap lancar jalannya. Dan tahu berapa waktu yang dibutuhkan untuk booting HP ini? Hitungan stopwatch gw menunjukkan antara 1 menit 45 detik hingga 2 menit 50 detik. Bahkan katanya ini sudah tergolong cepat. Gw jadi teringat HP Nokia yang pernah gw pakai (N-Gage/6600/N70/E71/N95) gw bisa booting kurang dari 30 detik. Samsung Galaxy Mini gw dapat booting hanya dalam 50 detik bahkan itu tergolong lambat akibat gw install Android 2.3 non resmi, aslinya lebih cepat jauh.

Blackberry juga lambat dibanding Nokia yang pernah gw pakai atau Samsung Galaxy Mini gw. Padahal Blackberry menggunakan processor yang kurang lebih sama dengan Samsung gw (600an MHz) dan antara 2-4x lipat lebih cepat dari processor Nokia lama gw. Lambatnya HP ini sangat terasa pada saat browsing dan mengakses foto-foto yang tersimpan dalam HP dan terasa jauh semakin parah saat menginstall atau menghapus aplikasi. Saking lambatnya hingga layar Blackberry gw hang sebentar (ada gambar jam). Gw masih ingat dulu dengan Nokia gw, gw lancar-lancar saja SMSan atau melakukan hal lain sambil menginstall aplikasi. Bahkan untuk sedikit menghabiskan waktu luang dan mendapatkan kinerja dan pengalaman yang lebih baik, gw sudah juga mencoba untuk meng-update OS gw, bahkan hingga menginstall Hybrid OS pada Blackberry gw. Tidak banyak perubahan yang dapat gw rasakan. Sedikit membaik tapi tetap tidak memuaskan.

Belum lagi Blackberry tidak dapat menggunakan koneksi internet GPRS biasa, harus tersubskripsi dengan data plan spesial karena sistemnya untuk mengakses internet beda dengan HP biasa. Memang lebih aman karena data terenkripsi semua, namun gw tidak membutuhkan ini karena gw hanya “consumer”. Tanpa data plan dan/atau Blackberry Messenger, Blackberry adalah sebuah HP biasa yang tidak akan dilirik konsumen.

Ada 2 pilihan lain yang sedang booming juga di Indonesia, Android dan iPhone. Keduanya mendapatkan kesan positif dari para penggunanya, gw pun mau mencoba, siapa tahu antara kedua itu dapat memuaskan gw. Karena iPhone harganya kurang terjangkau oleh gw dan kurang dapat di kustomisasi sampai ke tahap OS (kecuali jailbreak), gw tidak memilih iPhone dan gw membeli Samsung Galaxy Mini.

Galaxy Mini adalah HP kecil yang sangat menarik, tepatnya OS Androidnya yang sangat menarik. Gw berhasil mengembalikan kenangan masa SMP-SMA gw dimana gw banyak membongkar OS dan menginstall aplikasi untuk mengcustom HP gw. Bahkan HP ini telah gw modif dengan kernel yang siap di overclock dan OS yang lebih baru dari resminya. Namun masih ada yang kurang memuaskan gw, yaitu spesifikasinya. Jeleknya HP yang berOS Android adalah terlalu banyak pilihan, jadi aplikasi bisa saja tidak kompatibel dengan HP A atau B karena spek atau OSnya tidak kompatibel. Memilih HP menjadi susah. Selain itu absennya keyboard fisik pada kebanyakan HP Android membuat mengetik dan mengerjakan beberapa pekerjaan menjadi lebih lama. Terutama tombol-tombol krusial seperti angkat dan tutup telepon, mode seleksi, dan navigasi.

Gw sungguh berharap untuk lepas dari Blackberry, sebab hanya push mail dan Blackberry Messenger yang membuat gw merasa “fine” menggunakan HP ini. Namun popularitasnya yang sangat kuat di Indonesia membuat gw terpaksa harus menggunakan HP ini juga sampai ada pergeseran trend handphone. Hampir semua orang memilih untuk menghubungi dan dihubungi melalui Blackberry Messenger sehingga seakan gw tidak memiliki pilihan lain selain ikut. Memang ada aplikasi penghubung antar beberapa HP seperti Whatsapp atau PingChat. Namun tidak semua orang punya, mau, dan bisa (buat yang gaptek) menambahkan aplikasi tersebut pada handphonenya.

Menurut gw HP killer itu adalah HP yang memiliki fitur konektivitas dan messaging seperti Blackberry, dapat di kustomisasi seperti Android atau Symbian dan memiliki reabilitas seperti Nokia Symbian. But it’s too good to be true, isn’t it? Continue Reading →


Membasmi haigaen.exe

Kemarin tengah malam, gw berencana untuk menonton “Megamind” yang tersimpan di hard disk external gw. Memang semenjak film itu dikasih sama dd gw sampai sekarang belom pernah gw tonton, jadi mumpung gw ada mood menonton, gw akan lakukan hari itu.

Gw colok hard disk gw dan saat gw buka-buka filenya, gw menemukan kejanggalan. Banyak file yang belom pernah gw lihat sebelumnya dan ada sebuah .exe. Gw masih belum sadar apa-apa sampai gw ingat sekitar 2 hari lalu hard disk ini baru ditancapkan ke laptop teman. VIRUS! Parahnya, komputer gw lagi dalam kondisi antivirus di disable protectionnya karena gw habis mengerjakan pekerjaan berat di laptop (game + browsing + Microsoft Excel).

Semua terlambat, komputer ini telah dijangkiti virus. Sang virus bernama file “haigaen.exe” telah menjalankan servicenya, menambah registry entry dan secara sukses telah melindungi dirinya dari dihapus dan memblokir akses ke internet dan program-program penting seperti anti-spware, web browser, task manager, dan lain-lainnya. Antivirus gw pun tidak bisa menghapus virus ini karena dia ada sistem self-protectnya.

Solusinya??

Untung masih ada safe mode! Apabila komputer di boot menggunakan safe mode, service-service dan registry yang bukan berasal dari Microsoft asli tidak akan bisa di run, jadi sang virus tidak akan bisa di run dari startup ataupun menjalankan servicenya.

Nah kesempatan ini gw gunakan untuk mengscan komputer dan hard disk external gw dan membasmi virusnya sampai selesai. Program yang gw gunakan adalah Malwarebyte’s Anti Malware dan Kaspersky Anti-Virus/Internet Security. Untung semuanya sudah beres. Tapi akhirnya gw gak jadi nonton Megamind.

Apabila kalian tidak memiliki antivirus, dapat menghapus manual juga lewat safe mode. Pada Windows 7, virus itu akan bercokol di C:/Users/[username anda]/haigaen.exe. Filenya tidak kelihatan, jadi anda harus masuk ke folder option dan “show hidden files and folders” serta hilangkan centang pada “hide protected operating system files”. Lalu dari start, run “msconfig” dan cari start up entry pada haigaen.exe. Hilangkan centangnya, perhatikan lokasi registrynya, run ke regedit lalu hapus registry entrynya.

Akhir kata, kelupaan menyalakan protection anti-virus apabila ingin menancapkan hard disk external atau flash drives yang pernah ditancapkan ke komputer lain sangatlah fatal! Sebenarnya gw gak usah repot kalau dari awal gw melakukan demikian karena sebelum sang virus meregister service dan melakukan pekerjaan kotornya, ia akan otomatis terblokir oleh anti-virus. Continue Reading →


Logitech G400

Kemarin gw pergi ke retailer aksesoris komputer untuk menemani teman gw membeli mouse. Sang Logitech optical mouse generic yang dia beli sudah harus diganti karena rusak.

Teman gw mau membeli mouse yang sama dengan mouse yang gw pakai sekarang, yaitu si Logitech MX518 Gaming Mouse. Kita masuk ke salah satu toko dan melihat mouse yang cukup menarik, yaitu Logitech G400 Gaming Mouse. Yang membuat menarik adalah karena bentuknya yang sama persis dengan MX518, speknya yang cukup tinggi, harganya yang cukup masuk akal dan tulisan “the new MX518”. Wah, sepertinya sang MX518 sudah di pensiunkan dari line up Logitech.

Dibanderol dengan harga S$50, teman gw tidak pikir panjang dan langsung beli. Lalu malamnya kami buka kotaknya dan kita tes.

Secara penampilan mouse ini benar-benar persis (bahkan sama) dengan Logitech MX518, namun mouse ini tidak ada corak bekas tembakan yang sebelumnya ditemui pada MX518. Mouse yang didominasi warna gelap ini pun ukurannya sama persis, soal berat gw gak bisa membandingkan secara pasti karena tidak ada spesifikasi berat pada MX518. Tapi G400 terasa sedikit lebih ringan (mungkin hanya perasaan). Anggaplah soal fisik semua sama karena perubahannya pun sangat amat tidak signifikan (kecuali kalau anda suka corak Logitech MX51 8) .


G400(kiri) dan MX518 (kanan), bagai pinang dibelah dua

Dipegang, Logitech MX518 terasa halus dan licin karena permukaannya seperti kaca. Masalahnya adalah kalau tangan berkeringat, kotoran akan cenderung menempel. Hal ini sudah diatasi oleh G400. Permukaannya lebih kasar jadi grip ke mouse lebih mantap. Keringat dan kotoran pun seharusnya tidak menempel, serta bahan permukaannya dilapisi oleh bahan yang kuat, tahan goresan, tidak seperti Razer Diamondback 3G gw yang sudah rusak.

Soal fisik, bisa gw jamin bagus. Soal ergonomi, itu pendapat masing-masing. Karena gw sudah 1 tahun menggunakan mouse yang berbentuk sama persis, memegang G400 tidak ada masalah, nyaman seperti biasa. Perhatian bagi yang biasa menggunakan mouse kecil (seperti gw pertama kali dari Diamondback ke MX51 8) butuh penyesuaian. It gets better from time to time :)

Adakah kesamaan lain selain fisiknya? Tentu ada, G400 masih menggunakan alas jenis Polytetrafluoroethylene yang licin pada hampir seluruh jenis permukaan (tenang, meski lincah tapi tetap sangat terkendali), jumlah tombol dan fungsinya masih sama, sama-sama bisa dirubah sensitivity dengan hanya menekan tombol, sampai bahkan bentuk kemasannya pun masih sama, hanya beda tulisan, gambar, dan tidak dapat CD software :(

Lalu mari kita lihat perubahan teknologi yang ditawarkan oleh mouse yang dilaunching 2 bulan lalu ini (G400) dengan pendahulunya (MX51 8) . Dengan 3600 dpi, G400 bisa dikatakan 2 kali lebih presisi dari pendahulunya (3600 vs 1800). Mouse ini memiliki report rate sebesar 1000 reports per detiknya (1 ms report rate), 8 kali lebih baik dari pendahulunya dan mouse optical biasa.

Seperti yang tertera di website Logitech:

If you liked the Logitech MX518, you’ll love the G400. You get the features you’ve come to rely on with improvements in precision and speed.

Gw suka dengan MX518 dan secara otomatis G400 membuat gw jatuh cinta, ditambah dengan harganya yang tidak selebay mouse gaming lain. Apabila MX518 gw nanti pensiun, G400 adalah kandidat pasti penggantinya.

Highly recommended!


G400 dari berbagai sisi

Bandingkan juga dengan review sang pendahulunya, si legendaris MX518! Continue Reading →


Fixed my Blackberry

Akhirnya gw memutuskan untuk membetulkan BB gw yang mati dari beberapa minggu lalu. Gejalanya adalah tidak mau nyala (layar hitam) dan lampu LED merah berkedip 4 kali. Hal ini terjadi setelah gw restart HP gw dengan cara cabut baterainya. Dugaan gw itu software nya corrupt.

Setelah di check, memang kurang lebih sepertinya benar. Gw gak menemukan artikel yang menjelaskan penyebabnya, tapi hanya solusinya.

Solusinya adalah di wipe device dan install ulang OS nya. Hmm, secara logika ini sih mirip dengan corrupt data. Kejadian ini mengingatkan gw dengan PC gw. Sewaktu mati lampu tiba-tiba tidak mau boot ke OS karena OS nya corrupt.

Setelah berjam-jam berkutak katik dengan Blackberry Desktop Manager dan file-file yang diperlukan, akhirnya Blackberry ini kembali hidup! Perjalanan tidak semulus rooting pada Android dengan SuperOneClick, tapi juga tidak sesulit seperti pertama kali menghack Symbian. Ada beberapa kesulitan yang gw alami seperti aplikasi third party yang diperlukan tidak mendukung 64 bit, ngehang saat tahap tertentu, dan device tidak terbaca.

Setelah beberapa lama memakai Galaxy Mini, pindah balik ke Blackberry jadi malas, padahal HP nya sudah benar. Biar lah gw memakai Galaxy Mini gw terus sampai akhir bulan Juni. Continue Reading →


Beberapa masalah dengan handphone touch screen

Gw adalah pengguna handphone dengan keypad konvensional secara “die hard”. Dulu, apabila sebuah handphone mau masuk kedalam kandidat handphone baru gw, kriteria yang tidak boleh absen adalah keypad, dan gw sangat anti dengan touch screen.

Namun, suatu saat gw memilih handphone touch screen (Samsung Galaxy Mini) untuk menggantikan Nokia N95 gw yang sudah uzur. Alasannya sebenarnya hanya karena ingin coba operating system Android. Uniknya, Android hanya support device yang memiliki touch screen. Apabila Google sudah menetapkan Android hanya untuk device touch screen, pasti ada suatu alasan yang kuat. Maka gw semakin penasaran.

Setelah mencoba handphone touch screen, berikut masalah atau kekurangan yang gw alami.

1. Pembiasaan

Sebenarnya bukan masalah, tapi beralih dari keypad ke touch screen perlu pembiasaan yang tidak sebentar. Terutama apabila layar sentuh yang ada cukup kecil seperti handphone gw. Gw telah melewati tahap ini sekitar 2 hari.

Jangan salah, sebenarnya dengan keypad pun perlu pembiasaan karena setiap merek handphone biasa layout keypadnya berbeda. Entah keypad 3×4 atau QWERTY, pasti ada sedikit beda antara merek. Tapi pembiasaan yang diperlukan sangat sebentar. Hanya hitungan menit atau jam.

2. Kecepatan mengetik

Berkurang. Dengan touch screen mengetik jadi lebih susah karena kemungkinan salah pencetnya jauh lebih besar. Dan setiap salah mengetik gw harus menghabiskan waktu lagi untuk menghapus tulisan yang salah.

Bahkan dengan mode 3×4 touch screen pun kecepatan mengetik gw juga masih cukup buruk sebab gw harus menunggu jeda yang ada apabila gw ingin mengetik huruf yang keypadnya bersamaan. Contoh huruf “A” dan “B” sama-sama ada di keypad angka 2. Pada handphone keypad 3×4, jeda ini bisa diakali dengan menekan tombol navigasi ke kanan, sementara pada handphone keypad QWERTY tidak ada jeda sama sekali.

3. Kondisi pengoperasian

Saat gw mengendarai motor dengan sarung tangan, menggunakan touch screen hampir tidak mungkin. Jadi tiap kali gw menepi, gw harus membuka sarung tangan gw terlebih dahulu untuk membaca SMS atau menelepon kembali orang yang miss called gw.

Terlebih gw tidak bisa lagi mengetik tanpa melihat 8) . Ini adalah sebuah skill yang gw miliki dengan handphone keypad 3×4. Dan skill ini tidak bisa lagi dipakai dengan handphone touch screen atau keypad QWERTY :(

Jari gw pun harus dalam keadaan kering atau gw akan mengotori screen gw. Pada handphone keypad gw bisa mengakali ini dengan memencet tombolnya dengan kuku gw.

4. Selection, copy, paste

Mau ke bagian tertentu pada message? Gampang, tinggal pencet daerah yang di inginkan. Namun terkadang gak segampang itu. Memilih celah diantara huruf-huruf terkadang malah jadi lebih lama karena salah pencet.

Mau melakukan selection? Sama juga jadi sedikit lebih susah. Kita harus memilih bagian awal atau akhir text yang mau di block, tekan optionnya, lalu geser sampai bagian yang diinginkan. Kadang memilih bagian akhirnya juga bisa meleset. Ini sedikit mengesalkan.

Pada beberapa handphone keypad disediakan tombol khusus untuk block text/item dan ada key shortcut untuk langsung copy dan paste.

Di sisi lain, gw suka handphone touch screen karena dia sangat interaktif. Tapi tetap kelemahan ini masih membuat gw minder menggunakan handphone touch screen. Handphone berikut gw akan tetap handphone keypad. Atau touch screen + keypad yang dilengkapi dengan navigation trackball/button. Continue Reading →


Internet Explorer 9 = still sucks

Sudah menjadi kebiasaan gw untuk mencari update dari seluruh software yang gw punya kalau gw sedang bosan. Selain menghilangkan rasa bosan, mengupdate software yang terinstall di komputer adalah hal yang cukup penting untuk dilakukan karena bisa saja ada bug fix, performance improvement, atau fitur baru dari sebuah software.

Yang menarik perhatian gw hari ini saat gw melakukan hal tersebut adalah Internet Explorer versi 9. Yang terinstall di laptop gw waktu itu adalah versi 8 yang merupakan bawaan dari Windows 7.

Langsung saja gw memilih versi yang akan gw download, yaitu versi 64 bit dan klik continue. Suram rupanya, gw gak bisa loading web page downloadnya. Gw tes pake browser lain pun tidak bisa. Baru mau download saja impresi gw sudah jelek terhadap IE 9. Dan sampai akhirnya gw melancong ke website third party untuk mendownload IE 9 ini.

Setelah selesai gw download, langsung gw install. Mulai ada dialog box seperti ini:

What the F**K! Installer yang gw download ini bukan offline installer??? Lalu mengapa file sizenya sebesar ini??!

Oke lah, gw harus bersabar lagi menunggu download. Gw mulai ingat akan pengalaman yang sama, yaitu saat installing Windows Live Messenger. Entah mengapa Microsoft sepertinya benci kata “offline installer”.

Setelah semua beres, keluar lagi dialog box seperti ini:

Damn… Seumur hidup gw install browser seperti Firefox, Opera, dan Google Chrome, gak ada yang minta gw close begitu banyak process.

Perlu diketahui bahwa memang ada fitur baru dari IE yaitu Windows 7 integration yang sekiranya memang wajar kalau memerlukan explorer.exe di close, tapi kenapa RocketDock, Rainmeter, Catalyst (driver VGA Radeon) Firefox dan Windows Live Messenger harus di close???

Setelah semuanya selesai, waktunya untuk di setting untuk menyesuaikan selera gw dan dicoba.

Pertama soal search engine. Search engine default hanya tersedia Bing dan gw gak suka menggunakan Bing, jadi gw harus mendownload search engine lain melalui add-on site IE.

Kedua, accelerator (semacam add-on fungsional) email yang tersedia hanya Hotmail. Gw bukan pengguna Hotmail jadi gw harus mencari accelerator Gmail. Sungguh terlalu! Add-on site IE tidak memiliki fitur search, jadi gw harus mencari satu-satu di setiap pagenya.

Sesudah mencari satu persatu page accelerator, gw tidak dapat menemukan Gmail. Dan waktu gw cari menggunakan Google search pun juga tidak ketemu. Payah sekali.

Dengan kondisi seperti ini, sekali lagi IE hanya menjadi browser hiasan yang terinstall di komputer atau laptop gw. Sebagai browser cadangan pun juga gw enggan menggunakan IE, gw masih memilih Opera sebagai browser cadangan. Continue Reading →


ReNigger videos

Beberapa hari lalu gw menulis post tentang Operation ReNigger. Mungkin yang gw tulis di post itu belum cukup jelas untuk dipahami (I am a terrible instructor :( ), maka, sekarang langsung saja gw berikan contohnya lewat video yang gw rekam barusan.

Dalam contoh kali ini, kata digitasi adalah yang sebelah kanan karena kata di sebelah kanan ada tanda baca berupa strip (-).

Dalam contoh yang ini, kata digitasi adalah yang sebelah kiri karena kata di sebelah kiri ada angka (1128 :)

Dalam contoh ketiga ini, kata digitasi adalah yang sebelah kanan karena font yang digunakan pada kata sebelah kanan ini beda dari biasanya.

Contoh terakhir ini menunjukkan bahwa kata digitasi dapat diganti oleh kata apapun. Continue Reading →