Underoath – Lost In The Sound Of Separation

Artist : Underoath
Album title : Lost In The Sound Of Separation
Genre : Metalcore, Post-Hardcore
Released : Agustus 2009
Label : Glow In The Dark Studio

Track listing :
1. “Breathing In A New Mentality”
2. “Anyone Can Dig A Hole But It Takes A Real Man To Call It Home”
3. “A Fault Line, A Fault Of Mine”
4. “Emergency Broadcast/The End Is Near”
5. “The Only Survivor Was Miraculously Unharmed”
6. “We Are the Involuntary”
7. “The Created Void”
8. “Coming Down Is Calming Down”
9. “Desperate Times, Desperate Measures”
10. “Too Bright to See, Too Loud to Hear”
11. “Desolate Earth/The End Is Here”

Underoath, salah satu band Post-Hardcore yang paling sukses akhirnya kembali lagi dengan album ke-enamnya yaitu Lost In The Sound Of Separation, seperti janji gw saat UTS, gw akan mereview album ini dan jujur album ini merupakan suatu tantangan tersendiri untuk direview karena gw sendiri susah mendapat feel awal dari album ini, sungguh berbeda dengan Underoath yang kita kenal sebelumnya.

Lebih perkasa dan lebih gelap dari sebelumnya, itulah yang menggambarkan album mereka kali ini secara keseluruhan. Akan jauh lebih banyak screaming vokal dibanding sebelumnya dan lagu-lagunya akan perlahan menunjukkan kekuatan mereka, seperti pada “Breathing In A New Mentality” yang awalnya diawali oleh riff drums dan screaming vokalis yang terdengar mendem, tapi tiba-tiba semua berhenti dan suara jelas kembali, vokalis langsung teriak dan instrumen kembali dimainkan, awalnya memang gw kaget karena saat dengar pertama suasana lagi sunyi.

Keras belum tentu pasti tidak emosional atau melodis, dibalik seluruh scream, masih ada bait yang dinyanyikan dengan vokal clean yang terdengar sangat memelas seperti pada “Anyone Can Dig A Hole But It Takes A Real Man To Call It Home” pada saat sang vokalis menyanyikan “I am the one who’s wrong”, dan pada “A Fault Line, A Fault Of Mine”, feel bahwa sang vokalis seakan menyesali perbuatannya tergambar jelas saat ia menyanyikan “I was too scared to show, what i am. Bare with me bare with me, this is all i have left” serta pada “I was lying. (I was lying, I was lying) (I was lying)”, dan hal yang sama akan kita temukan pada “Desperate Times, Desperate Measures”. Memang porsi clean vokal bisa dibilang langka, tapi statusnya seperti emas kecil yang terkubur diantara pasir, sangat berharga keberadaannya.

Keperkasaan lagu mereka juga mereka tunjukkan hampir diseluruh lagu mereka, dan satu lagu yang menarik perhatian gw dalam sisi ini dan sebenarnya akan cocok sekali kalau liriknya bertema angst-filled, yaitu “The Only Survivor Was Miraculously Unharmed”. Tidak percaya? Silahkan coba dengar. Lalu setelah 9 track heavy dan dark, kita sampai pada ujung album ini, yaitu sisi lembut dari Underoath, “Too Bright to See, Too Loud to Hear” semuanya dinyanyikan dengan perasaan dan clean vokal, lalu kita memiliki “Desolate Earth/The End Is Here” sebagai penutup yang sekitar 3/4 lagunya instrumental dan vokal mulai di akhir.

Gw juga akan menekankan bahwa gelap yang gw maksud disini bukan tentang liriknya, namun lebih ke style dan hasil dengar musik itu sendiri, seperti distorted guitar, distorted screaming vocals yang (menurut gw terdengar seperti bergema kadang-kadang), and any others, the rest you get the idea lah. Dan apabila anda tidak membaca dari awal, gw akan memberi kesimpulan setelah dibawah ini.

Bila anda penggemar musik-musik sejenis, grab a copy!
Apakah album ini bagus? Ya!

Rating : 4.5 out of 5 Continue Reading →


Simple Plan – Self-Titled

Artist : Simple Plan
Album title : Self-Titled
Genre : Pop-Punk/Alternative Rock/Emo
Released : Febuari 2007
Label : Lava Records

Track listing :
1. “When I’m Gone”
2. “Take My Hand”
3. “The End”
4. “Your Love Is A Lie”
5. “Save You”
6. “Generation”
7. “Time To Say Goodbye”
8. “I Can Wait Forever”
9. “Holding On”
10. “No Love”
11. “What If”

Rilisnya album ini menambah lagi sebuah mainstream Pop-Punk di pasaran, ya uda pasaran, makin pasaran deh. Quick glance, Simple Plan sudah semakin dewasa dalam membuat musik apabila dilihat dari segi instrumen, mereka sudah menambahkan unsur elektronik di beberapa lagu mereka dalam album ini, namun dalam segi song-writing, mereka masih belum berkembang, umumnya lirik mereka isinya hanya tentang cinta, putus asa, dan anything yang so emo. Come on emos, slit stop slitting your wrist and read the review!

Makanan pembuka adalah “When I’m Gone”. Opening lagu ini ada unsur elektronik yang ga pernah sebelumnya terdengar atau kasarnya “bukan Simple Plan banget deh!”, namun gw hargai usaha mereka, dan hasilnya lumayan bagus meskipun sebenarnya aneh, tapi mungkin lama-lama gw terbiasa dengan backing elektronik yang diberikan. Namun diluar segi instrumen, vokalnya cukup bagus, meski anehnya lagu yang temanya kekecewaan tapi dinyanyikan dengan semangat.

Selesai dengan “When I’m Gone”, gw masuk ke heavy opening dari “Take My Hand”, awalnya uda ada guitarwork dan drums, lalu disusul dengan gang-style shouting “Hey, hey”, lalu saat gitar mulai berhenti, vokal dan bass mulai masuk. Tempo lagu serta vokal ini lebih cepat dan aggresif dibanding track sebelumnya, cukup membangkitkan semangat dan untungnya kali ini lebih cocok dengan lirik yang memang isinya mengajak/persuasif.

“The End” terdengar aneh seperti electropunk awalnya, namun Simple Plan tidak sekreatif itu, ujung-ujungnya Pop-Punk lagi, cuma beda instrumen aja, gw cepat lupakan lagu ini dan masuk ke “Your Love Is A Lie” yang notabene salah satu single mereka di album ini karena single biasa lagu outstanding dalam suatu album, yep lalu dimulai dengan emo style singing yang memelas beserta gitar akustiknya, lalu perlahan saat lirik mulai menceritakan permasalahan dalam lagu ini, gitar elektronik dimainkan dan lalu sampai ke chorus dan instrumen komplit dimainkan, nothing special but very catchy. Serta “Generation” menunjukkan juga kalau mereka sekarang sudah bisa main-main dengan berbagai macam alat elektronik untuk membumbui lagu mereka, meski gw bilang hasilnya retarded tapi jangan khawatir, karena kebanyakan waktu instrumen konvensional masih dipakai, dan electronic backing retardation cuma terdengar saat vokal absen atau opening.

You want piano? You got piano. You want emo? You got it (in all tracks in this album, duh!). Ya itulah gambaran dari “Save You”, yang isinya kira-kira penyesalan karena sang penyanyi ga bisa menyelamatkan atau apapun arti save itu dalam lagunya, oooh my heart is bleeding, LOL. Hal ini juga berlaku pada “I Can Wait Forever” yang menggunakan piano, dan keduanya memiliki karakteristik cara penggunaan piano yang sama, yaitu hanya pada opening atau dan pada ending.

Lalu old-style Simple Plan masih terkandung dalam album ini, salah satu tanda kurangnya kreativitas, ambil contoh pada “Time To Say Goodbye”

Hampir seluruh album kita telusuri dan kecengengan lagu belom berhenti juga, maklum review lagu Pop Punk/Emo ya begini lah, “No Love” yang sangat emosional dalam segi pembawaan setidaknya sangat sesuai dengan tema lagu.

Dan sebenarnya setelah menulis segini banyak, apa lagi yang harus gw tulis? Karena lagu-lagunya begini-begini saja kan? Dan tentang track-track yang belom gw sebutkan, cobalah kalian dengar dan buktikan kalau gw salah, dari segi vokal dan struktur lagu. Yep, Simple Plan memang mudah didengarkan dan disukai, tapi juga mudah membosankan, tapi ampuh untuk diputar ulang kapanpun kalian perlu lagu emo dan perlu lagu-lagu mainstream untuk diputar saat event yang memerlukan lagu radio friendly.

Rating : 2.5 out of 5 Continue Reading →